Penulis : Felicitas Harmandini |
Selasa, 7 Agustus 2012 | 09:44 WIB
KOMPAS.com
- Penyakit kardiovaskuler masih menempati peringkat atas penyebab
kematian di Indonesia. Usia pengidap penyakit jantung koroner pun
semakin muda, dipicu oleh gaya hidup yang kurang sehat. Karena itu,
sebaiknya Anda selalu memeriksakan kesehatan jantung secara rutin, baik
melalui rangkaian medical check up, maupun memeriksanya
sendiri. Anda tidak memerlukan
peralatan kedokteran khusus untuk memeriksa kesehatan jantung Anda sendiri. Cek dari beberapa hal berikut ini.
1. Lingkar pinggang
Lingkar pinggang yang makin lebar bukan hanya menimbulkan muffin top atau lemak yang menggelambir di sekitar perut. Perempuan yang ukuran lingkar pinggangnya lebih dari 88 cm memiliki risiko 79 persen lebih besar mengalami kematian akibat penyebab apapun (termasuk penyakit jantung dan kanker), daripada mereka yang ukuran lingkar pinggangnya 71 cm atau kurang dari itu. Untuk mengukurnya, lingkarkan meteran di sekeliling pinggang pada bagian yang paling lebar (biasanya di area dekat pusar).
"Perut kebanyakan merupakan buatan produk dapur," papar Malissa Wood, MD, ahli kardiologi dari Massachusetts General Hospital di Boston. Untuk mulai merampingkannya, kunyah tujuh sampai sembilan porsi buah dan sayuran, dan tiga porsi serealia setiap hari. Setiap dua minggu, konsumsi juga ikan-ikanan yang kaya omega-3, seperti salmon. Usahakan mengonsumsi 30 gr serat dan sedikitnya 50 gr protein tanpa lemak setiap hari. Jangan lupa latihan kardio selama satu jam, tiga hari atau lebih dalam seminggu. Latih juga kekuatan otot Anda dua kali seminggu.
2. Detak jantung saat istirahat
Ukuran detak jantung saat istirahat atau tidak berolahraga (resting heart rate) bisa menjadi patokan kebugaran yang baik. Semakin rendah, semakin baik tubuh Anda. Jika ingin tahu kondisi detak jantung Anda, sebelum bangkit dari tempat tidur pagi hari, gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk menemukan nadi pada pergelangan tangan bagian dalam. Hitung detakannya selama 10 detik, dan kalikan jumlahnya enam kali untuk menemukan detak jantung per menit (bpm, atau beats per minute).
Detak jantung antara 60 - 80 bpm dianggap baik, dalam arti normal. "Orang-orang yang sangat sehat memiliki detak jantung istirahat di bawah 60, dan itu baik. Tetapi detak jantung istirahat di atas 60 dan di bawah 80 bisa menunjukkan masalah dehidrasi atau problem medis yang mendasar, seperti penyakit tiroid atau anemia," ujar Wood. Jika ukuran Anda tidak masuk dalam kedua angka tersebut, dan Anda tergolong cukup sehat dan minum cukup air putih, coba berkonsultasi dengan dokter.
Pada dasarnya, latihan kardio juga akan membantu menurunkan detak jantung istirahat. Tetapi olahraga yang terbaik adalah latihan interval. Lakukan latihan intensitas tinggi dalam waktu pendek, yang akan membuat jantung menjadi otot yang lebih efisien. Tambahkan dengan mengayuh sepeda dengan interval kecepatan selama 30-60 detik, atau lari sekali atau dua kali seminggu.
3. Detak jantung setelah olahraga
Anda juga perlu mengukur pemulihan detak jantung setelah olahraga (heart rate recovery). "Semakin cepat jantung kembali ke denyutnya yang normal setelah latihan, semakin sehat jantung Anda," papar Cheri Wiggins, MD, dokter di Twin Falls, Idaho.
Jika denyut jantung tidak turun sedikitnya 12 detakan dalam satu menit usai olahraga, Anda menghadapi risiko mengalami gagal jantung, bahkan kematian. Hitung target detak jantung Anda dengan persamaan ini:
(220 - usia) x 0,6 = titik rendah dari target detak jantung
(220 - usia) x 0,8 = titik tinggi dari target detak jantung
Contoh: jika usia Anda 34 tahun, maka (220 - 34) x 0,6 = 112 untuk titik rendah, dan (220 - 34) x 0,8 = 149 untuk titik tinggi
Lalu, mulailah berolahraga, dengan berlari atau bersepeda, sampai Anda mencapai titik tersebut (gunakan monitor detak jantung untuk mengukurnya). Kemudian, berhentilah dan langsung hitung denyut nadi. Satu menit setelah Anda berhenti berlatih, hitung kembali denyut nadi Anda. Kurangkan angka kedua dari angka pertama.
Jika angkanya kurang dari 12, target Anda adalah berolahraga sedikitnya 150 menit per minggu, atau lima sesi per 30 menit, dengan latihan aerobik seperti jalan cepat. Tak perlu terlalu ngoyo saat melakukannya. Dalam skala 1 sampai 10, lakukan dengan tingkat intensitas 4 atau 5. Begitu kondisi kardiovaskular Anda semakin baik dan detak jantung setelah olahraga semakin tinggi, tingkatkan durasi dan intensitas latihan Anda.
4. Cuping telinga mengisut
Cuping telinga bagian bawah (yang biasanya ditindik untuk anting) yang sedikit terlipat atau mengkerut, sering disebut-sebut sebagai gejala penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi, atau diabetes. Namun, Anda tak perlu langsung memercayainya.
"Penyakit jantung tidak menyebabkan cuping telinga mengkerut, atau cuping yang mengkerut menyebabkan penyakit jantung. Namun, kondisi tersebut tampaknya menjadi penanda gaya hidup yang tidak sehat," ungkap Sarah Samaan, MD, ahli kardiologi di Legacy Heart Center di Plano, Texas, dan penulis buku Best Practices for a Healthy Heart.
Studi yang lain menemukan korelasi sebesar 80 persen antara lipatan berbentuk diagonal pada telinga pada orang-orang di bawah usia 40 tahun, dengan penyakit arteri koroner. Lipatan ini tidak akan lenyap, tetapi Anda dapat meminimalkan faktor-faktor risiko penyakit jantung itu sendiri. Untuk itu Anda perlu mengetahui riwayat penyakit jantung di keluarga Anda, menjaga berat badan, tekanan darah, dan kadar kolesterol. Selain itu berolahraga teratur, makan dengan sehat, dan menghindari stres.
Sumber: Fitness
peralatan kedokteran khusus untuk memeriksa kesehatan jantung Anda sendiri. Cek dari beberapa hal berikut ini.
1. Lingkar pinggang
Lingkar pinggang yang makin lebar bukan hanya menimbulkan muffin top atau lemak yang menggelambir di sekitar perut. Perempuan yang ukuran lingkar pinggangnya lebih dari 88 cm memiliki risiko 79 persen lebih besar mengalami kematian akibat penyebab apapun (termasuk penyakit jantung dan kanker), daripada mereka yang ukuran lingkar pinggangnya 71 cm atau kurang dari itu. Untuk mengukurnya, lingkarkan meteran di sekeliling pinggang pada bagian yang paling lebar (biasanya di area dekat pusar).
"Perut kebanyakan merupakan buatan produk dapur," papar Malissa Wood, MD, ahli kardiologi dari Massachusetts General Hospital di Boston. Untuk mulai merampingkannya, kunyah tujuh sampai sembilan porsi buah dan sayuran, dan tiga porsi serealia setiap hari. Setiap dua minggu, konsumsi juga ikan-ikanan yang kaya omega-3, seperti salmon. Usahakan mengonsumsi 30 gr serat dan sedikitnya 50 gr protein tanpa lemak setiap hari. Jangan lupa latihan kardio selama satu jam, tiga hari atau lebih dalam seminggu. Latih juga kekuatan otot Anda dua kali seminggu.
2. Detak jantung saat istirahat
Ukuran detak jantung saat istirahat atau tidak berolahraga (resting heart rate) bisa menjadi patokan kebugaran yang baik. Semakin rendah, semakin baik tubuh Anda. Jika ingin tahu kondisi detak jantung Anda, sebelum bangkit dari tempat tidur pagi hari, gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk menemukan nadi pada pergelangan tangan bagian dalam. Hitung detakannya selama 10 detik, dan kalikan jumlahnya enam kali untuk menemukan detak jantung per menit (bpm, atau beats per minute).
Detak jantung antara 60 - 80 bpm dianggap baik, dalam arti normal. "Orang-orang yang sangat sehat memiliki detak jantung istirahat di bawah 60, dan itu baik. Tetapi detak jantung istirahat di atas 60 dan di bawah 80 bisa menunjukkan masalah dehidrasi atau problem medis yang mendasar, seperti penyakit tiroid atau anemia," ujar Wood. Jika ukuran Anda tidak masuk dalam kedua angka tersebut, dan Anda tergolong cukup sehat dan minum cukup air putih, coba berkonsultasi dengan dokter.
Pada dasarnya, latihan kardio juga akan membantu menurunkan detak jantung istirahat. Tetapi olahraga yang terbaik adalah latihan interval. Lakukan latihan intensitas tinggi dalam waktu pendek, yang akan membuat jantung menjadi otot yang lebih efisien. Tambahkan dengan mengayuh sepeda dengan interval kecepatan selama 30-60 detik, atau lari sekali atau dua kali seminggu.
3. Detak jantung setelah olahraga
Anda juga perlu mengukur pemulihan detak jantung setelah olahraga (heart rate recovery). "Semakin cepat jantung kembali ke denyutnya yang normal setelah latihan, semakin sehat jantung Anda," papar Cheri Wiggins, MD, dokter di Twin Falls, Idaho.
Jika denyut jantung tidak turun sedikitnya 12 detakan dalam satu menit usai olahraga, Anda menghadapi risiko mengalami gagal jantung, bahkan kematian. Hitung target detak jantung Anda dengan persamaan ini:
(220 - usia) x 0,6 = titik rendah dari target detak jantung
(220 - usia) x 0,8 = titik tinggi dari target detak jantung
Contoh: jika usia Anda 34 tahun, maka (220 - 34) x 0,6 = 112 untuk titik rendah, dan (220 - 34) x 0,8 = 149 untuk titik tinggi
Lalu, mulailah berolahraga, dengan berlari atau bersepeda, sampai Anda mencapai titik tersebut (gunakan monitor detak jantung untuk mengukurnya). Kemudian, berhentilah dan langsung hitung denyut nadi. Satu menit setelah Anda berhenti berlatih, hitung kembali denyut nadi Anda. Kurangkan angka kedua dari angka pertama.
Jika angkanya kurang dari 12, target Anda adalah berolahraga sedikitnya 150 menit per minggu, atau lima sesi per 30 menit, dengan latihan aerobik seperti jalan cepat. Tak perlu terlalu ngoyo saat melakukannya. Dalam skala 1 sampai 10, lakukan dengan tingkat intensitas 4 atau 5. Begitu kondisi kardiovaskular Anda semakin baik dan detak jantung setelah olahraga semakin tinggi, tingkatkan durasi dan intensitas latihan Anda.
4. Cuping telinga mengisut
Cuping telinga bagian bawah (yang biasanya ditindik untuk anting) yang sedikit terlipat atau mengkerut, sering disebut-sebut sebagai gejala penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi, atau diabetes. Namun, Anda tak perlu langsung memercayainya.
"Penyakit jantung tidak menyebabkan cuping telinga mengkerut, atau cuping yang mengkerut menyebabkan penyakit jantung. Namun, kondisi tersebut tampaknya menjadi penanda gaya hidup yang tidak sehat," ungkap Sarah Samaan, MD, ahli kardiologi di Legacy Heart Center di Plano, Texas, dan penulis buku Best Practices for a Healthy Heart.
Studi yang lain menemukan korelasi sebesar 80 persen antara lipatan berbentuk diagonal pada telinga pada orang-orang di bawah usia 40 tahun, dengan penyakit arteri koroner. Lipatan ini tidak akan lenyap, tetapi Anda dapat meminimalkan faktor-faktor risiko penyakit jantung itu sendiri. Untuk itu Anda perlu mengetahui riwayat penyakit jantung di keluarga Anda, menjaga berat badan, tekanan darah, dan kadar kolesterol. Selain itu berolahraga teratur, makan dengan sehat, dan menghindari stres.
Sumber: Fitness
Editor :
Dini
No comments:
Post a Comment