Wahyu Dwi Anggoro
WASHINGTON – Duta Besar Israel untuk Amerika
Serikat (AS) Michael Oren menyatakan, negaranya sebisa mungkin
menghindari opsi untuk melancarkan serangan darat. Hal tersebut
disebabkan kekhawatiran akan maraknya kecaman yang akan didapatkan oleh
Israel dari dunia internasional.
Dalam serangan Israel ke Gaza pada 2008 lalu, Pihak Israel melakukan serangan darat yang menyebabkan banyaknya warga sipil Gaza yang jatuh menjadi korban. Dalam serangan yang berlangsung selama 22 hari itu sekitar 1.300 warga Gaza menjadi korban jiwa.
Israel tentunya tidak ingin mengulangi kondisi serupa pada 2008 lalu. Apabila Negara Yahudi itu melakukan serangan darat ke Jalur Gaza, sudah pasti dunia internasional akan bergerak untuk melontarkan kecaman kepada Israel.
Jumlah korban yang besar tersebut membuat banyak pihak di dunia internasional mengecam aksi serangan Israel pada saat itu. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bahkan mencap tindakan Israel itu sebagai kejahatan perang. Membuat pihak Israel mengalami kerugian diplomatis yang sukup signifikan.
Alasan serupa juga diungkapkan oleh pengamat politik Timur Tengah, Haim Malka. “Perdana Menteri Netanyahu ragu untuk melakukan serangan darat karena khawatir akan resiko yang dapat diterimanya baik di luar maupun di dalam negeri," ujar Malka, seperti dikutip CNN, Selasa (20/11/2012).
"Banyaknya korban di Gaza akan mengurangi dukungan dunia internasional terhadap Israel untuk membela diri dari serangan roket Hamas," anjutnya.
Publik Israel sendiri tidak terlalu ingin pemerintahnya melakukan serangan darat ke Jalur Gaza. Dalam jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Jerusalem Post dilaporkan, jumlah warga Israel yang ingin diadakannya serangan darat ke Jalur Gaza hanya sebesar 25 persen.
Sedangkan 45 persen responden lebih memilih Israel melakukan serangan udara. Dalam jajak pendapat tersebut juga diketahui sebanyak 22 persen warga Israel mengingkan diadakannya gencatan senjata.(faj)
Dalam serangan Israel ke Gaza pada 2008 lalu, Pihak Israel melakukan serangan darat yang menyebabkan banyaknya warga sipil Gaza yang jatuh menjadi korban. Dalam serangan yang berlangsung selama 22 hari itu sekitar 1.300 warga Gaza menjadi korban jiwa.
Israel tentunya tidak ingin mengulangi kondisi serupa pada 2008 lalu. Apabila Negara Yahudi itu melakukan serangan darat ke Jalur Gaza, sudah pasti dunia internasional akan bergerak untuk melontarkan kecaman kepada Israel.
Jumlah korban yang besar tersebut membuat banyak pihak di dunia internasional mengecam aksi serangan Israel pada saat itu. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bahkan mencap tindakan Israel itu sebagai kejahatan perang. Membuat pihak Israel mengalami kerugian diplomatis yang sukup signifikan.
Alasan serupa juga diungkapkan oleh pengamat politik Timur Tengah, Haim Malka. “Perdana Menteri Netanyahu ragu untuk melakukan serangan darat karena khawatir akan resiko yang dapat diterimanya baik di luar maupun di dalam negeri," ujar Malka, seperti dikutip CNN, Selasa (20/11/2012).
"Banyaknya korban di Gaza akan mengurangi dukungan dunia internasional terhadap Israel untuk membela diri dari serangan roket Hamas," anjutnya.
Publik Israel sendiri tidak terlalu ingin pemerintahnya melakukan serangan darat ke Jalur Gaza. Dalam jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Jerusalem Post dilaporkan, jumlah warga Israel yang ingin diadakannya serangan darat ke Jalur Gaza hanya sebesar 25 persen.
Sedangkan 45 persen responden lebih memilih Israel melakukan serangan udara. Dalam jajak pendapat tersebut juga diketahui sebanyak 22 persen warga Israel mengingkan diadakannya gencatan senjata.(faj)
No comments:
Post a Comment